Selandia Baru Tak Pernah Tenggelam

18.35 Diposting oleh Iman
Penemuan fosil reptile mirip kadal berusia 18 juta tahun di Selandia Baru memicu timbulnya argument terhadap anggapan bahwa kontinen itu terendam sepenuhnya sekitar 25 juta tahun silam. Fosil reptile itu ditemukan dan diidentifikasi oleh sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Marc Jones dari Cell and Development Biology, University College London, Inggris. DownLoad
Jones menemukan potongan rahang reptil yang telah memfosil di South Island di Selandia Baru. Pola gigi pada fosil itu memberi kesan bahwa pemiliknya memiliki dua deret gigi atas yang parallel dan sebaris gigi bawah yang, jika rahang dikatupkan, akan berada tepat di antara kedua deret gigi atas. Satu-satunya reptile yang diketahui memiliki rahang jenis ini adalah reptile langka tuatan (sphenodon) dan nenek moyangnya. Berkat rahangnya yang unik dan puncak kepala yang penuh tonjolan tajam mirip duri, tuatara amat masyhur di antara satwa liar Selandia Baru lainnya.
Tuatara adalah satu-satunya spesies yang selamat dari sebuah kelompok yang tersebar luas di seluruh dunia pada masa jaya dinosaurus. Kini satwa langka itu hanya terdapat di 35 pulau kecil yang tersebar di sepanjang pantai Selandia Baru. Populasi yang hidup di daratan diperkirakan telah punah bersama masuknya manusia dan binatang pemangsa, semisal kucing, pada 750 tahun lalu.
Fosil sphenodon tertua berasal dari masa pleistosen, sekitar 34 ribu tahun, sedangkan fosil reptile temuan Jones berusia sekitar 19-16 juta tahun, dari masa miosen awal. Kemiripan tipe rahang dan gigi fosil dengan tuatara ini menjembatani jurang hamper 70 juta tahun dalam catatan fosil kelompok reptile itu antara pleistosen akhir dari Selandia Baru dan cretaceous akhir dari Argentina.
Dalam sebuah makalah yang dipublikasikan di Proceedings of the Royal Society B, tim yang beranggotakan ilmuwan dari University of Adelaide, Australia, dan Museum of New Zealand Te Papa Tongarewa menyatakan penemuan itu menawarkan bukti tambahan bahwa nenek moyang tuatara telah berada di daratan Selandia Baru sejak kawasan itu terpisah dari kontinen selatan lainnya (Gondwana) sekitar 82 juta tahun lalu.
“Selama ini para ilmuwan memperdebatkan bahwa Selandia Baru tenggelam sepenuhnya selama masa oligo-miosen, yang merendam kawasan itu sekitar 25-22 juta tahun lalu,” kata Jomasa Miosen memberi bukti bahwa masih ada daerah yang cukup luas yang tetap berada di atas permukaan air yang bisa menjamin kelangsungan hidup sejumlah spesies, seperti katak, pepohonan kauri, dan beberapa serangga air tawar modern, termasuk pula tuatara.”
Penemuan ini menambah informasi tentang asal-usul Selandia Baru. Beberapa pakar berpendapat bahwa Zealandia – precursor Selandia Baru- terpisah dari Antartika dan terseret ke arah utara dan tenggelam, karena kombinasi gerakan tektonik dan kenaikan muka laut. Sediment laut yang kini berada di atas permukaan air laut memberikan bukti tentang dugaan itu. Namun, yang masih diperdebatkan adalah seberapa luas kawasan yang tidak terendam.
Sejumlah ilmuwan menyatakan tinggal 15 persen dari kawasan itu yang timbul di permukaan. Beberapa waktu lalu, sekelompok peneliti Selandia Baru memperkirakan bahwa tak adanya fosil antara 25 dan 22 juta tahun lalu membuka kemungkinan bahwa kepulauan itu hilang seluruhnya, tenggelam selama beberapa waktu sampai akhirnya terangkat kembali ke permukaan.
Jika itu benar, nenek moyang yang ditemukan Jones, berikut 24 spesies satwa dan flora lainnya, dating ke pulau itu setelah kawasan tersebut muncul kembali. Untuk itu bisa sampai ke sana, berarti reptile itu harus menyebarangi lautan luas dalam beberapa juta tahun. Jones ragu pada kemungkinan itu karena tuatara adalah perenang yang buruk dan akan segera mengalami dehidrasi dalam air asin. Hal ini diperkuat bukti bahwa umur fosil reptile Jones berusia tiga juta tahun setelah masa tenggelamnya Selandia Baru.
“Sekalipun lahan yang tersisa hanya satu persen dari luas wilayah itu saat ini, masih ada daerah yang lumayan luas,” katanya. “Terbukti kemungkinan bahwa dulu ada sebuah kepulauan yang dapat mendukung kehidupan.”
Satu persen Selandia Baru setara dengan kawasan seluas 2.500 kilometer persegi, lebih dari 100 kali lipas luas Stedphen’s Island, yang saat ini menjadi rumah bagi 30 ribu ekor tuatara.
You can leave a response, or trackback from your own site.
Increase Website Traffic
lowongan kerja di rumah

Masukkan Code ini K1-YB7291-3
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
lowongan kerja di rumah