1. LATAR BELAKANG
Berawal dari suatu naluri dasar seorang manusia bahwa dalam hidupnya harus membutuhkan suatu asupan nutrisi yang mencukupi untuk dapat mempertahankan hidupnya, yang ditempuh dengan namanya mengkonsumsi atau memakan suatu hal yang cocok dengan tubuh supaya nutrisi yang dibutuhkan tubuh tersebut terpenuhi.
Dalam diri setiap manusia terdiri dari 2 unsur, yakni unsur jasad (Jasmani) dan unsur jiwa (Rohani). Unsur jasad adalah fisik manusia pada umumnya, yang terdiri dari anggota-anggota tubuh, seperti tangan, kaki, anggota tubuh lainnya. Unsur jasad ini membutuhkan suatu nutrisi supaya tidak rusak dan dapat bekerja dengan baik, pemenuhan nutrisi tersebut dapat terpenuhi dengan makan makanan yang dihasilkan bumi (makanan bumi) seperti bahan makanan pokok dan lain sebagainya.
Unsur kedua penyusun manusia ialah unsur jiwa atau rohani. Jiwa atau rohani juga membutuhkan suatu asupan nutrisi yang mencukupi dan tepat supaya dapat menjadikan manusia lebih manusia. Ketika unsur kedua ini tidak mendapatkan asupan nutrisi yang tepat maka manusia tidak akan merasa tentram dalam hidupnya. Manusia tidak berfungsi sebagaimana tujuan penciptaan dirinya. Manusia juga tidak akan tahu siapa jati diri sebenarnya.
Dalam Al-Qur’an mengatakan:
Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu Telah Berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu".
Jadi ketika manusia sudah mendapatkan makanan tersebut maka akan timbul dalam hati/ jiwa mereka ketentraman dan kedamaian. Ketentraman dan kedamaian dimana tidak ada rasa ketakutan tentang kejahatan yang menimpa dirinya, anak-anaknya, dan keluarganya. Orang tidak lagi merasa tidak diperlakukan tidak adil, tidak takut untuk dirampas hak-haknya dan lain sebagainya.
Pada saat sekarang ini, kehidupan cenderung kepada hal yang tidak mencerminkan kedamaian dan ketentraman, keadaan yang demikian tentu saja merupakan hasil dari penciptaan kehidupan setiap masing-masing individu setiap manusia yang memang tidak mencerminkan hal yang demikian.
Kebanyakan manusia sudah melupakan tentang pentingnya memberikan asupan nutrisi kepada jiwa mereka, yang mereka pentingkan hanya bagaimana memberikan kepuasan terhadap raga atau kepuasan tubuh mereka yang bersifat materiil, sehingga tujuan atau arah kehidupan manusia sekarang cenderung kepada bagaimana memuaskan dalam hal duniawi atau materi belaka tanpa berpikir untuk mencari hidangan langit yang Alloh turunkan kepada mereka, sehingga model kehidupan yang ada sekarang adalah model kehidupan yang materialistik, kehidupan yang hanya mementingkan kepuasan perut, bawah perut (kepuasan seksual) dan atas perut (kedudukan atau jabatan).
2. PEMBAHASAN
Orang sering menyebut bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Namun itu tidaklah seratus persen benar, karena banyak yang fisik atau tubuhnya sehat-sehat tetapi dalam perilakunya banyak sekali yang menyimpang dari norma yang ada, baik norma agama maupun norma susila. Mempunyai tubuh yang bagus, sehat, kuat, sempurna tetapi ternyata pemerkosa, pencuri, koruptor, pelacur dan sebagainya.
Tindakan atau perbuatan adalah hasil dari implementasi jiwa dalam diri setiap insan manusia, ketika jiwanya “rusak” maka raga-nya pun akan bertindak merusak, dan sebaliknya ketika jiwanya “baik” maka raga-nya pun akan bertindak “baik”.
Seperti yang disebutkan di latar belakang bahwasanya model kehidupan yang materialistik adalah model kehidupan yang sangat rendah, model kehidupan yang isinya hanya untuk memenuhi kepuasan sekitar “perut saja”, ketika manusia cenderung kepada kehidupan yang hanya mengutamakan hal tersebut, tidak jauh bedanya dengan Al-an’am, binatang ternak. Kita dapat lihat bagaimana kehidupan binatang, mereka hanya hidup sekedar untuk memenuhi kepuasaan hidupnya dari segi materi saja bukan?
Manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya karena manusia adalah makhluk yang memang Alloh ciptakan sempurna. Tetapi kesempurnaan manusia bukan hanya berada pada kemampuannya berpikir sebagaimana yang didefinisikan oleh kebanyakan orang . Menurut Alloh kesempurnaan manusia sebagai ciptaan Alloh adalah tatkala manusia itu memahami dan meyakini kebenaran firman Alloh, kemudian firman Alloh itu menjadi energi atau tenaga penggerak bagi pikiran, perkataan dan perbuatannya. Iman kepada firman Alloh yang berubah menjadi kekuatan pada diri manusia itulah yang disebut Ruh.
Kebanyakan orang mengatakan bahwa istilah ruh sebagai apa yang dikenal sebagai istilah –roh-. Ruh disamakan dengan roh yaitu yang menghidupi jasad manusia, yang ditiupkan pada saat manusia berada di dalam kandungan seorang ibu setelah kehamilan ibu itu berumur tiga bulan sepuluh hari.
Bertanya orang kepada kamu (Muhammad) tentang ruh, maka diperintahkan oleh Alloh untuk menjawab, bahwa masalah ruh itu bukan urusan manusia tetapi urusan Alloh. Bahwa kamu (manusia) tidak diberi ilmu tentang ruh itu melainkan sedikit. jawaban yang diberikan Muhammad saw bahwa masalah ruh itu bukan urusan manusia tetapi urusan Alloh adalah bahwa ruh yang turun kepada Muhammad saw itu atas perintah Alloh, untuk mengatur segala urusan manusia di muka bumi. Dan ahlul kitab yang bertanya tentang ruh itu kepada Muhammad saw tidak diberikan pengetahuan tentang ruh itu kecuali hanya sedikit. Artinya para ahli Kitab itu sudah tidak paham lagi tentang arti ruh seperti yang tertulis di dalam kitab-kitab Alloh (Taurat dan Injil).
Ruh yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu adalah firman Alloh atau wahyu Alloh yang menghidupi jasad manusia bukan roh menurut kebanyakan orang yakni suatu jisim latif (bentuk halus) yang sudah ada di alam roh.
Karena jika dihubungkan dengan ayat selanjutnya, maka didapati pengertian sebagai berikut : Mereka bertanya kepadamu tentang ruh, maka katakan (Muhammad); “Ruh itu atas perintah Rob-Ku, dan kamu (yang bertanya, yaitu Ahlul kitab Taurat dan Injil) tidak diberikan ilmu tentang ruh itu melainkan sedikit. Dan sesungguhnya jika Alloh menghendaki maka Alloh akan lenyapkan apa yang telah Alloh wahyukan kepadamu dan dengan pelenyapan itu kamu tidak akan mendapatkan seorang pembelapun terhadap Kami, kecuali orang-orang yang mendapat kasih sayang dari Rob mu. Sungguh karunia Nya itu kepadamu amatlah besar.
Wahyu yang diberikan kepada manusia melalui para nabi yang diistilahkan dengan ruh itu bisa dicabut atau dilenyapkan oleh Alloh. Dan kalau ruh Alloh yang tadinya turun itu sudah naik lagi (kembali kepada Alloh), maka tidak akan ada manusia yang dapat mengetahui tentang ruh atau firman Alloh itu tanpa pertolongan dari Nya. Ruh atau firman Alloh adalah sebuah kekuatan yang apabila difahami oleh manusia, maka dia (ruh) dapat membangkitkan dan menghidupkan manusia itu.
Setiap ayat-ayat Alloh atau firman Alloh yang terdapat di dalam Al-Qur’an, di dalamnya terdapat wahyu. Perbedaan antara Al-Qur’an dengan wahyu adalah, apabila Al-Qur’an merupakan bacaan, maka wahyu adalah isi daripada bacaan itu. Setiap bacaan Al-Qur’an memiliki makna, apabila orang memahami makna itu, dia akan memiliki ruh. Jika orang yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak punya ruh di dalamnya maka dia tidak akan memahami wahyu Alloh. Walaupun dia banyak membaca dan menghafal Al-Qur’an tetapi apabila tidak memahami makna daripada ayat-ayat yang dibacanya itu, maka dia –kering- dari ruh Alloh. Dan perumpamaan daripada manusia yang tidak paham tentang wahyu yang ada di dalam Kitab Nya seperi An-am bahkan lebih sesat lagi.
Jadi makanan langit yang dapat menghidupi jiwa manusia adalah firman Alloh itu sendiri yang ketika manusia itu memahami firman Alloh maka manusia akan mengenal jati dirinya sebenarnya, tahu apa yang menjadi tugas akan penciptaan dirinya, manusia akan mengenal bagaimana cara mengabdi kepada Nya dengan benar, sehingga akan menimbulkan ketentraman dalam dirinya.
“(ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman". Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu Telah Berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama". Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), Maka Sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia".
Sebaliknya, manusia yang tidak memahami firman Alloh tersebut tidak akan mengerti esensi dari hidupnya, segala yang dilakukannya hanya bagaimana mengejar kepuasan hawa nafsunya belaka yakni kepuasaan akan pangan, sandang, jabatan, seksualitas dan sebagainya yang justru membuat manusia itu “lupa”. Mata, pendengaran dan penglihatannya sudah ditutup dengan sumbatan sehingga menjadikan manusia itu semakin jauh dari untuk memahami firman-firman Nya itu.
3. KESIMPULAN
1. Apabila manusia tidak memahami firman Alloh, maka dia tidak akan mendapatkan Ruh yang akan menghidupi dirinya, sehingga apabila manusia tidak dilengkapi dengan firman Alloh dalam dirinya maka dia akan –mati-. Sehingga walaupun dia hidup secara fisik tetapi sebenarnya dia –mati-, maka ada pengertian bahwa Isa as mampu menghidupkan orang mati, mati secara akal dengan memberikan pemahaman firman Alloh.
2. Kunci dari mendapatkan hidangan langit untuk memenuhi asupan nutrisi untuk jiwanya adalah dengan mengimani segala firman Nya sebagai satu-satunya yang haq, dengan tidak menutup diri terhadap pemahaman yang dari Alloh dikarenakan anggapannya bahwa yang dia dapatkan itu sudah cukup.
3. Al-Qur’an adalah firman Alloh yang berisi rambu-rambu kehidupan, bentuk iman kepada firman Alloh adalah melaksanakan rambu-rambu tersebut dalam segala aspek kehidupan, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya.
Berawal dari suatu naluri dasar seorang manusia bahwa dalam hidupnya harus membutuhkan suatu asupan nutrisi yang mencukupi untuk dapat mempertahankan hidupnya, yang ditempuh dengan namanya mengkonsumsi atau memakan suatu hal yang cocok dengan tubuh supaya nutrisi yang dibutuhkan tubuh tersebut terpenuhi.
Dalam diri setiap manusia terdiri dari 2 unsur, yakni unsur jasad (Jasmani) dan unsur jiwa (Rohani). Unsur jasad adalah fisik manusia pada umumnya, yang terdiri dari anggota-anggota tubuh, seperti tangan, kaki, anggota tubuh lainnya. Unsur jasad ini membutuhkan suatu nutrisi supaya tidak rusak dan dapat bekerja dengan baik, pemenuhan nutrisi tersebut dapat terpenuhi dengan makan makanan yang dihasilkan bumi (makanan bumi) seperti bahan makanan pokok dan lain sebagainya.
Unsur kedua penyusun manusia ialah unsur jiwa atau rohani. Jiwa atau rohani juga membutuhkan suatu asupan nutrisi yang mencukupi dan tepat supaya dapat menjadikan manusia lebih manusia. Ketika unsur kedua ini tidak mendapatkan asupan nutrisi yang tepat maka manusia tidak akan merasa tentram dalam hidupnya. Manusia tidak berfungsi sebagaimana tujuan penciptaan dirinya. Manusia juga tidak akan tahu siapa jati diri sebenarnya.
Dalam Al-Qur’an mengatakan:
Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu Telah Berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu".
Jadi ketika manusia sudah mendapatkan makanan tersebut maka akan timbul dalam hati/ jiwa mereka ketentraman dan kedamaian. Ketentraman dan kedamaian dimana tidak ada rasa ketakutan tentang kejahatan yang menimpa dirinya, anak-anaknya, dan keluarganya. Orang tidak lagi merasa tidak diperlakukan tidak adil, tidak takut untuk dirampas hak-haknya dan lain sebagainya.
Pada saat sekarang ini, kehidupan cenderung kepada hal yang tidak mencerminkan kedamaian dan ketentraman, keadaan yang demikian tentu saja merupakan hasil dari penciptaan kehidupan setiap masing-masing individu setiap manusia yang memang tidak mencerminkan hal yang demikian.
Kebanyakan manusia sudah melupakan tentang pentingnya memberikan asupan nutrisi kepada jiwa mereka, yang mereka pentingkan hanya bagaimana memberikan kepuasan terhadap raga atau kepuasan tubuh mereka yang bersifat materiil, sehingga tujuan atau arah kehidupan manusia sekarang cenderung kepada bagaimana memuaskan dalam hal duniawi atau materi belaka tanpa berpikir untuk mencari hidangan langit yang Alloh turunkan kepada mereka, sehingga model kehidupan yang ada sekarang adalah model kehidupan yang materialistik, kehidupan yang hanya mementingkan kepuasan perut, bawah perut (kepuasan seksual) dan atas perut (kedudukan atau jabatan).
2. PEMBAHASAN
Orang sering menyebut bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Namun itu tidaklah seratus persen benar, karena banyak yang fisik atau tubuhnya sehat-sehat tetapi dalam perilakunya banyak sekali yang menyimpang dari norma yang ada, baik norma agama maupun norma susila. Mempunyai tubuh yang bagus, sehat, kuat, sempurna tetapi ternyata pemerkosa, pencuri, koruptor, pelacur dan sebagainya.
Tindakan atau perbuatan adalah hasil dari implementasi jiwa dalam diri setiap insan manusia, ketika jiwanya “rusak” maka raga-nya pun akan bertindak merusak, dan sebaliknya ketika jiwanya “baik” maka raga-nya pun akan bertindak “baik”.
Seperti yang disebutkan di latar belakang bahwasanya model kehidupan yang materialistik adalah model kehidupan yang sangat rendah, model kehidupan yang isinya hanya untuk memenuhi kepuasan sekitar “perut saja”, ketika manusia cenderung kepada kehidupan yang hanya mengutamakan hal tersebut, tidak jauh bedanya dengan Al-an’am, binatang ternak. Kita dapat lihat bagaimana kehidupan binatang, mereka hanya hidup sekedar untuk memenuhi kepuasaan hidupnya dari segi materi saja bukan?
Manusia adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya karena manusia adalah makhluk yang memang Alloh ciptakan sempurna. Tetapi kesempurnaan manusia bukan hanya berada pada kemampuannya berpikir sebagaimana yang didefinisikan oleh kebanyakan orang . Menurut Alloh kesempurnaan manusia sebagai ciptaan Alloh adalah tatkala manusia itu memahami dan meyakini kebenaran firman Alloh, kemudian firman Alloh itu menjadi energi atau tenaga penggerak bagi pikiran, perkataan dan perbuatannya. Iman kepada firman Alloh yang berubah menjadi kekuatan pada diri manusia itulah yang disebut Ruh.
Kebanyakan orang mengatakan bahwa istilah ruh sebagai apa yang dikenal sebagai istilah –roh-. Ruh disamakan dengan roh yaitu yang menghidupi jasad manusia, yang ditiupkan pada saat manusia berada di dalam kandungan seorang ibu setelah kehamilan ibu itu berumur tiga bulan sepuluh hari.
Bertanya orang kepada kamu (Muhammad) tentang ruh, maka diperintahkan oleh Alloh untuk menjawab, bahwa masalah ruh itu bukan urusan manusia tetapi urusan Alloh. Bahwa kamu (manusia) tidak diberi ilmu tentang ruh itu melainkan sedikit. jawaban yang diberikan Muhammad saw bahwa masalah ruh itu bukan urusan manusia tetapi urusan Alloh adalah bahwa ruh yang turun kepada Muhammad saw itu atas perintah Alloh, untuk mengatur segala urusan manusia di muka bumi. Dan ahlul kitab yang bertanya tentang ruh itu kepada Muhammad saw tidak diberikan pengetahuan tentang ruh itu kecuali hanya sedikit. Artinya para ahli Kitab itu sudah tidak paham lagi tentang arti ruh seperti yang tertulis di dalam kitab-kitab Alloh (Taurat dan Injil).
Ruh yang dimaksud dalam Al-Qur’an itu adalah firman Alloh atau wahyu Alloh yang menghidupi jasad manusia bukan roh menurut kebanyakan orang yakni suatu jisim latif (bentuk halus) yang sudah ada di alam roh.
Karena jika dihubungkan dengan ayat selanjutnya, maka didapati pengertian sebagai berikut : Mereka bertanya kepadamu tentang ruh, maka katakan (Muhammad); “Ruh itu atas perintah Rob-Ku, dan kamu (yang bertanya, yaitu Ahlul kitab Taurat dan Injil) tidak diberikan ilmu tentang ruh itu melainkan sedikit. Dan sesungguhnya jika Alloh menghendaki maka Alloh akan lenyapkan apa yang telah Alloh wahyukan kepadamu dan dengan pelenyapan itu kamu tidak akan mendapatkan seorang pembelapun terhadap Kami, kecuali orang-orang yang mendapat kasih sayang dari Rob mu. Sungguh karunia Nya itu kepadamu amatlah besar.
Wahyu yang diberikan kepada manusia melalui para nabi yang diistilahkan dengan ruh itu bisa dicabut atau dilenyapkan oleh Alloh. Dan kalau ruh Alloh yang tadinya turun itu sudah naik lagi (kembali kepada Alloh), maka tidak akan ada manusia yang dapat mengetahui tentang ruh atau firman Alloh itu tanpa pertolongan dari Nya. Ruh atau firman Alloh adalah sebuah kekuatan yang apabila difahami oleh manusia, maka dia (ruh) dapat membangkitkan dan menghidupkan manusia itu.
Setiap ayat-ayat Alloh atau firman Alloh yang terdapat di dalam Al-Qur’an, di dalamnya terdapat wahyu. Perbedaan antara Al-Qur’an dengan wahyu adalah, apabila Al-Qur’an merupakan bacaan, maka wahyu adalah isi daripada bacaan itu. Setiap bacaan Al-Qur’an memiliki makna, apabila orang memahami makna itu, dia akan memiliki ruh. Jika orang yang membaca Al-Qur’an tetapi tidak punya ruh di dalamnya maka dia tidak akan memahami wahyu Alloh. Walaupun dia banyak membaca dan menghafal Al-Qur’an tetapi apabila tidak memahami makna daripada ayat-ayat yang dibacanya itu, maka dia –kering- dari ruh Alloh. Dan perumpamaan daripada manusia yang tidak paham tentang wahyu yang ada di dalam Kitab Nya seperi An-am bahkan lebih sesat lagi.
Jadi makanan langit yang dapat menghidupi jiwa manusia adalah firman Alloh itu sendiri yang ketika manusia itu memahami firman Alloh maka manusia akan mengenal jati dirinya sebenarnya, tahu apa yang menjadi tugas akan penciptaan dirinya, manusia akan mengenal bagaimana cara mengabdi kepada Nya dengan benar, sehingga akan menimbulkan ketentraman dalam dirinya.
“(ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Hai Isa putera Maryam, sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?". Isa menjawab: "Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman". Mereka berkata: "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu Telah Berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama". Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), Maka Sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia".
Sebaliknya, manusia yang tidak memahami firman Alloh tersebut tidak akan mengerti esensi dari hidupnya, segala yang dilakukannya hanya bagaimana mengejar kepuasan hawa nafsunya belaka yakni kepuasaan akan pangan, sandang, jabatan, seksualitas dan sebagainya yang justru membuat manusia itu “lupa”. Mata, pendengaran dan penglihatannya sudah ditutup dengan sumbatan sehingga menjadikan manusia itu semakin jauh dari untuk memahami firman-firman Nya itu.
3. KESIMPULAN
1. Apabila manusia tidak memahami firman Alloh, maka dia tidak akan mendapatkan Ruh yang akan menghidupi dirinya, sehingga apabila manusia tidak dilengkapi dengan firman Alloh dalam dirinya maka dia akan –mati-. Sehingga walaupun dia hidup secara fisik tetapi sebenarnya dia –mati-, maka ada pengertian bahwa Isa as mampu menghidupkan orang mati, mati secara akal dengan memberikan pemahaman firman Alloh.
2. Kunci dari mendapatkan hidangan langit untuk memenuhi asupan nutrisi untuk jiwanya adalah dengan mengimani segala firman Nya sebagai satu-satunya yang haq, dengan tidak menutup diri terhadap pemahaman yang dari Alloh dikarenakan anggapannya bahwa yang dia dapatkan itu sudah cukup.
3. Al-Qur’an adalah firman Alloh yang berisi rambu-rambu kehidupan, bentuk iman kepada firman Alloh adalah melaksanakan rambu-rambu tersebut dalam segala aspek kehidupan, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya.